Latest Updates

Rumah KiaiKanjeng

Sampai saat ini, Kiai Kanjeng telah mengunjungi lebih dari 21 propinsi, 376 kabupaten, 930 kecamatan, dan 1300 desa di seluruh wilayah Nusantara republik Indonesia. Tidak hanya itu, Kiai Kanjeng juga kerapkali diundang ke berbagai pelosok mancanegara, diantaranya adalah tour 6 kota di Mesir (2003), Malaysia (2003, 2005, 2006), Inggris (6 kota, 2004), Skotlandia (serangkai dengan Jerman dan Italia, 2005), Finlandia (2006), Hong Kong (2007), Belanda (2009) dan Abudabi (2009).
Gamelan Kiai Kanjeng adalah nama sekumpulan alat musik, tetapi lebih dikenal sebagai grup atau kelompok pemusik. Sederhananya, kegiatan keliling KiaiKanjeng merupakan bagian dari pekerjaan sosial Emha Ainun Nadjib langsung di lapangan masyarakat, terutama grassroot dan menengah bawah. Kegiatan itu multi-konteks: meliputi budaya, keagamaan, spiritual, social problem solving, pendidikan politik dan sebagainya, di mana Emha dan Kiai Kanjeng hadir sebagai “sahabat masyarakat” yang berposisi independen penuh.
Ada dua keberangkatan kegiatan Emha Ainun Nadjib dan KiaiKanjeng:

  1. Berdasarkan permintaan langsung berbagai kelompok masyarakat di hampir semua wilayah Indonesia, yang tidak terbatas aliran politiknya, jenis dan mazhab keagamaannya, suku dan golongannya.
  2. Berdasarkan program rutin jaringan Jamaah Maiyah yang berkumpul secara massal setiap bulan di enam kota, serta tentatif berdasarkan kebutuhan segmen Jamaah Maiyah di daerah tertentu.
Dalam setiap acara, Emha Ainun Nadjib — KiaiKanjeng berupaya:
  1. Mencari dalam dialog bersama – nilai-nilai dan alasan untuk tetap bergembira dalam keadaan apapun saja.
  2. Memberi hiburan yang sehat bagi hati dan jiwa manusia, yang secara rasional diperhitungkan untuk tidak memilih jenis hiburan yang menghancurkan kehidupan.
  3. Membangun dan mentradisikan pencerdasan pikiran masyarakat serta menyebarkan pendidikan politik murni, kesadaran hak-hak dan kewajiban sebagai manusia dan warganegara.
  4. Di setiap acara dihadiran semua golongan masyarakat, pemeluk semua Agama, semua etnik, semua warga parpol dan berbagai segmentasi yang terdapat di setiap lokal kegiatan.
  5. Dalam setiap kesempatan pementasan KiaiKanjeng di luar negeri, Emha Ainun Nadjib dan KiaiKanjeng berupaya untuk menjalankan people to people diplomacy. Di dalamnya Emha Ainun Nadjib dan KiaiKanjeng menampilkan kebudayaan Islam dan Indonesia di hadapan bangsa-bangsa lain. Sekaligus sebagai tanda cinta dan persahabatan universal, Emha Ainun Nadjib dan KiaiKanjeng berupaya mengapresiasi kebudayaan setempat melalui aransemen-aransemennya. Sebagaimana ketika di 6 kota Mesir KiaiKanjeng membawakan lagu-lagu Ummi Kultsum penyanyi legendaris Mesir.
Eksplorasi musik KiaiKanjeng hampir tidak membatasi dirinya pada jenis atau aliran musik. Karena secara musikal alat Kiai Kanjeng memiliki berbagai kemungkinan, maka pengembaraan cipta mereka sangat ragam: dari eksplorasi musik tradisional Jawa, Sunda, Melayu dan Cina, termasuk penggalian dari berbagai etnik lain seperti Madura, Mandar, Bugis dan lainnya (KiaiKanjeng berulangkali tampil dalam Festival Gamelan Internasional) — KiaiKanjeng juga tidak menutup dirinya untuk memainkan nomer-nomer Barat modern, pop, blues, jazz (KiaiKanjeng tampil juga dalam Festival Jak-Jazz). Jangan lupa juga dangdut. Ketika tur di 6 kota di Mesir, KiaiKanjeng mengkhususkan diri mengaransir kembali lagu-lagu “Si Bintang Timur” Ummi Kaltsum dan memperoleh sambutan tak terduga hangatnya dari masyarakat Mesir.
Emha Ainun Nadjib menyebut eksplorasi global Gamelan KiaiKanjeng itu sebagai suatu bentuk sikap “Post-Globalisme”, yang juga diterapkan di berbagai bidang kehidupan manusia dan masyarakat. Emha Ainun Nadjib dan KiaiKanjeng tidak anti musik tradisional, tidak juga menolak musik modern dunia — tetapi tidak bersedia diperbudak oleh kedua-keduanya. Bertahan konservatif dalam budaya tradisi membuat manusia lenyap dari sejarah, tetapi menyediakan diri diseret oleh budaya globalisasi membuat manusia menjadi budak kebudayaan yang dipanglimai oleh kapitalisme industri. Melawan globalisasi tidak dengan puritanisme tradisional — lokal, melainkan dengan memijakkan kaki di tanah tradisi sambil menelan tawaran globalisasi untuk diolah dengan kepribadian yang mandiri.

0 Response to "Rumah KiaiKanjeng"

Post a Comment