Sedikit saya mencoba memberikan gambaran tentang siapa sebenarnya Cak Nun dan seperti apa cara pandangnya terhadap kehidupan ini, sebatas yang saya dalami beliau sekilas cara pandangnya terhadap demokrasi dewasa ini. Meski secara teoritis beliau tidak pernah mengaku sedikitpun sok paham tentang politik. Antara Cak Nun dan perwayangan sangat dekat sekali, ini bukan berarti yang sebenarnya. Beliau sangat pandai memainkan kata dan atau menukiknya, sehingga orang lain merasa kecele dengan sifatnya yang tak terpikirkan.
Saya memang agak sedikit terganggu dengan ungkapan beliau yang menyatakan kalau kebenaran tuhan dibawah dari kebenaran dan kesucian demokrasi, dalam negeri bukan pemerintahan islamiyah ini. Beliau menambahkan kita melangggar tuhan urusannya tidak sebesar melawan hukum dan menodai demokrasi. Statemen diatas bisa juga benar kalo dipandang dari aspek negera kita yang bukan memakai hukum Islam. Tapi, biarlah mungkin saya yang hanya memiliki pengetahuan yang masih sedikit. Beliau kan guru saya juga.
Diluar kontroversinya dan pikiran nylekitnya. Saya tersanjung dengan sifat beliau yang selalu merendah. Berulangkali beliau mengatakan bahwa dirinya kotor dan awam. Mungkin beliau sudah menapaki maqom ma’rifat binafsihi ( sudah mampu memahami pribadinya secara sempurna). Beliau mampu memahami tentang kepribadiannya dan kelemahannya dihadapan Allah dan tidak memposisikan dirinya lebih baik dari dihadapan manusia. Manusia yang sudah memahami kemanusiannya, mungkin itulah kata yang tepat untuk beliau.
Dalam ungkapanya “ Tuhan yang suci tak kan bertambah kesuciannya kala ku memujiNya, seperti iblis yang memuji kehebatanNya”. Dan masih banyak lagi ungkapan yang sejenis lainnya. Beliau sangatlah rendah hati, meski kepada orang yang tidak dikenal sekalipun.
Kekuatan Cak Nun dalam menulusuri situasi di negeri ini masih sangat tajam sekali. Padahal dia sudah memasuki usia yang bisa dikatakan tidak efektif lagi untuk menulis. Terbukti percikan-percikan pemikirannya sering sekali muncul di media massa terkemuka di negeri ini, tulisannya pun terkesan tidak menggurui. Beliau kerap menyuguhkan sajian sepele yang tidak terpikirkan oleh manusia umumnya.
0 Response to "‘Mengintip’ Cak Nun"
Post a Comment