Latest Updates

GUS MUS DAN CAK NUN


Sedikit cerita, Gus Mus dan Cak Nun adalah dua kiyai sepuh yang dikeramatkan di kalangan nahdliyyin, setara dengan almarhum Gus Dur. Gus Mus semasa muda adalah santri paling cerdas di pesantrennya. Beliau biasa tidur sewaktu rapat para santri, dan baru dibangunkan kalau ada masalah yang tidak bisa dipecahkan. Seperti lazimnya santri Ponpes Lirboyo, Gus Mus muda senang mempelajari ilmu kanuragan, sehingga rambutnya saja yang sanggup memotong adalah bapaknya sendiri (dan tentu sambil dimarah-marahi).

Cak Nun semasa muda karakternya seperti tokoh wayang Bima; terlalu jujur pada keadaan. Sewaktu masih SD, beliau menendang kaki gurunya sendiri, karena tidak terima temannya yang dimarahi melampaui batas. Sewaktu jadi santri, beliau menghajar seniornya yang kurang ajar, sehingga langsung dikeluarkan.

Baik Gus Mus atau Cak Nun, keduanya sekarang adalah juara di bidangnya masing-masing. Gus Mus kini adalah Ra'is 'Aam PBNU yang artinya pemimpin ribuan ulama dan puluhan juta nahdliyyin. Meski demikian, beliau lebih suka dipanggil "gus" (orang yang belum pantas disebut kiyai) dan digelari budayawan.

Sedangkan untuk Cak Nun, meski beliau tidak punya gelar akademik apapun, beliau adalah rujukan semua profesor dan doktor di Tanah Air. Emha Ainun Nadjib adalah "cendekiawan paling cendekiawan" di Indonesia. Bahkan, saat genting Reformasi 1998, salah satu orang yang dimintai nasehat oleh Pak Harto dan para panglima tentara adalah Cak Nun, karena selain beliau sangat cerdas, beliau adalah manusia tanpa ambisi. 

Cak Nun berbeda dengan para aktivis Reformasi 1998 lainnya, yang kebanyakan sebenarnya hanya dengki. Bisa kita lihat Gus Dur yang tidak pernah korupsi, justru ramai-ramai dikeroyok ratusan pejabat "reformis". Bisa kita lihat juga arah Indonesia sekarang ini yang justru lebih korup daripada Orde Baru.

Kalau Walisongo ada di zaman sekarang, pasti beliau berdua dimasukkan dewan wali nusantara tersebut. 

PENULIS : Doni Febriando



1 Response to "GUS MUS DAN CAK NUN"