Latest Updates

‘Mengintip’ Cak Nun

‘Mengintip’ Cak Nun

Sedikit saya mencoba memberikan gambaran tentang siapa sebenarnya Cak Nun dan seperti apa cara pandangnya terhadap kehidupan ini, sebatas yang saya dalami beliau sekilas cara pandangnya terhadap demokrasi dewasa ini. Meski secara teoritis beliau tidak pernah mengaku sedikitpun sok paham tentang politik. Antara Cak Nun dan perwayangan sangat dekat sekali, ini bukan berarti yang sebenarnya. Beliau sangat pandai memainkan kata dan atau menukiknya, sehingga orang lain merasa kecele dengan sifatnya yang tak terpikirkan.
Tampil beda dan berani bersikap husnudzon (berprasangka positif) terhadap siapapun. Itulah kesan pertama saat ku menyelami kata demi kata dalam lautan pemikiran beliau. Kepada orang yang benar-benar sudah diklaim atau secara intens berbenturan dengan kriminalpun beliau selalu husnudzon. Terutama terhadap pemerintahan kita saat ini. Menurut pandangan beliau, para birokrat tersebut memiliki banyak sifat positif (disamping lebih banyak juga negatifnya), dalam mendefinisikan momok demokrasi misalnya beliau mengatakan demokrasi itu bagai perawan, antik juga. Siapa saja boleh tertarik padanya, karena daya pikat yang kuat yang dimiliki sang perawan itu. Dan tentunya ada juga yang berusaha untuk memerkosanya, dengan menabrak hukum,konstitusi dan moral. Sungguh dalam mata beliau demokrasi itu suci, bahkan kesuciannya bisa menandingi tuhan.

Dari Sunan Kalijogo ke Kedaulatan Pangan



Kamis, 1 Juli kemarin, Cak Nun diminta berceramah pada acara Temu Tani & Nelayan Nasional yang diselenggarakan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyyah bertempat di P4TK Matematika Yogyakarta. Topik yang diberikan kepada Cak Nun adalah “Budaya Agraris di Indonesia: Dulu, Kini, dan Esok.
Di hadapan sekitar 120 peserta yang terdiri atas unsur-unsur Muhammadiyyah dan perwakilan petani dan nelayan, Cak Nun mengatakan, “Sudah pasti saya tidak paham masalah pertanian. Tetapi yang saya akan kemukakan nanti justru terkait dengan strategi Muhammadiyyah.”